Diego Costa
Chelsea Football Club dengan gembira mengumumkan bahwa Diego Costa hari ini telah menyelesaikan transfernya dari Atletico Madrid dengan menandatangani kontrak selama lima tahun.
Ia akan bergabung dengan tim utama untuk pemusatan latihan pra-musim kami di Eropa pada pekan depan.
Sejak menjadi pilihan utama di Atletico, Costa telah menjadi salah satu striker paling konsisten di Eropa, dengan gol-gol dan penampilannya di sepanjang 2013/14 membawa mantan klubnya tersebut untuk merebut gelar La Liga pertama mereka dalam 18 tahun dan mencapai final Liga Champions.
Kuat dan direct, pemain berusia 25 tahun ini membangun reputasi yang kuat di Spanyol sebagai peneyelesai akhir yang bagus, terutama dalam situasi satu lawan satu, dan mampu mencetak gol dengan kedua kakinya sementara fisiknya juga membuatnya menjadi ancaman lawan di udara. Posisi utamanya adalah striker tengah, dengan kemampuannya untuk berlari di belakang bek lawan untuk membuatnya menjadi sulit untuk dijaga.
Costa mengatakan, "Saya sangat gembira bisa bergabung dengan Chelsea. Semua orang tahu bahwa ini adalah klub besar di liga yang sangat kompetitif, dan saya sangat bersemangat untuk bisa segera memulai segalanya di Inggris dengan pelatih dan rekan-rekan setim yang fantastis. Setelah bermain melawan Chelsea musim lalu, saya tahu saya bergabung dengan sebuah skuat yang berkualitas tinggi."
"Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di Atletico yang membuat saya menjadi seorang pemain seperti sekarang ini, masa-masa di sana adalah masa-masa yang luar biasa bagi saya, tetapi sekarang saya memulai petualangan baru dan saya berharap bisa memenangi banyak trofi bersama Chelsea."
Lahir di Brazil, karier profesional Costa dimulai di klub Portugal, Braga, pada Februari 2006. Ia lalu menjalani masa peminjaman di Penafiel di divisi dua sebelum dijual ke Atletico di musim 2006/07. Ia kemudian langsung dipinjamkan kembali ke Braga hingga akhir musim, di mana ia mencetak gol pertamanya bagi klub tersebut dalam kemenangan atas Parma di Piala UEFA.
Selama dua musim berikutnya, ia menjalani peminjaman di Celta Vigo dan Albacete, yang terbukti menjadi periode yang penting dalam perkembangan sang pemain karena ia mendapatkan pengalaman bermain reguler di tim utama dan mengembangkan kemampuan predatornya di depan gawang.
Pada musim panas 2009, Costa dijual ke Real Valladolid, dan meski ia menikmati start yang fantastis di sana dengan mencetak enam gol dalam 12 pertandingan pertamanya, timnya kesulitan di liga dan pada akhirnya harus terdegradasi.
Menjelang musim 2010/11, klausul buy-back dalam kesepakatan kedua klub diaktifkan oleh Atletico dan membuat Costa kembali ke ibukota Spanyol. Namun adanya Sergio Aguero dan Diego Forlan yang menjadi pilihan di depannya membuatnya sulit untuk masuk ke dalam tim.
Cedera Aguero memberikan Costa kesempatan dan, setelah mencetak satu-satunya gol di pertandingan melawan Real Zaragoza, ia mencetak gol ke gawang Sevilla, Getafe, dan Rosenborg. Ia kemudian mencetak hat-trick pertamanya bagi klub dalam kemenangan 3-2 di Osasuna.
Costa absen di separuh pertama musim 2011/12 karena cedera sebelum menghabiskan babak kedua sebagai peminjaman di Rayo Vallecano, di mana ia menikmati masa-masa yang subur di depan gawang, dengan mencetak 10 gol dalam 16 penampilan.
Musim 2012/13 adalah musim di mana ia menasbihkan dirinya sebagai bagian yang krusial dari tim Atletico asuhan Diego Simeone. Kesempatan yang reguler untuk menjadi starter membuatnya bisa menampilan penampilan yang konsisten dan ia mengakhiri musim dengan catatan 20 gol yang impresif.
Costa menjadi figur kunci dalam kesuksesan Atletico merebut Piala Spanyol, di mana ia mencetak tiga gol dalam dua leg semifinal melawan Sevilla dan juga mencetak gol penyama kedudukan saat mereka harus bangkit untuk mengalahkan Real Madrid 2-1 di final. Ia mengakhiri kompetisi tersebut sebagai top skorer dengan delapan gol.
Pada 2013/14 ia meningkatkan permainannya ke level yang berbeda, di mana gol-golnya menginspirasi Atletico untuk melampaui Real Madrid dan Barcelona untuk memenangkan gelar juara Spanyol.
Dua gonya di hari pembukaan dalam kemenangan 3-1 atas Sevilla seperti menjadi indikasi atas apa yang akan terjadi selanjutnya, dan Costa langsung meneruskannya dengan gol lainnya di pertandingan berikutnya, yaitu dalam kemenangan 5-0 atas Rayo Vallecano.
Empat hari setelah mencetak dua gol dalam kemenangan 2-1 atas Osasuna, ia mencetak satu-satunya gol di pertandingan saat Atletico memberikan pernyataan kuat dengan kemenangan 1-0 atas Real Madrid di Bernabeu.
Pengaruh yang ia berikan tak hanya terbatas di La Liga saja. Ia mencetak empat gol dalam babak grup Liga Champions. Desember menjadi periode yang paling produktif baginya di mana ia mencetak lima gol dalam jangka waktu 10 hari.
Saat Liga Champions dimulai kembali pada Februari, Costa mencetak satu-satunya gol saat Atletico menang 1-0 di kandang AC Milan di babak 16 besar, dan juga mencetak dua gol dalam kemenangan telak 4-1 di leg kedua.
Dengan Atletico kini telah dalam posisi yang bagus untuk menjadi penantang gelar La Liga, ia terus bersinar di kompetisi domestik dengan mencetak gol dalam empat kemenangan secara beruntun di akhir Maret, yaitu ke gawang Espanyol, Real Betis, Granada, dan Athletic Bilbao.
Ia kemudian mencetak gol secara berturut-turut ke gawang Getafe dan Elche, sebelum mencetak gol terakhirnya bagi klubnya tersebut ke gawang Chelsea di leg kedua semifinal Liga Champions.
Atletico memastikan gelar juara Spanyol berkat hasil imbang di hari terakhir melawan Barcelona di Camp Nou, meski secara pribadi, itu adalah siang yang mengecewakan bagi Costa karena ia harus keluar di awal pertandingan karena cedera hamstring yang membatasi partisipasinya di final Liga Champions sesama tim Madrid, dan hanya bermain selama beberapa menit pertama.
Ia mengakhiri kariernya di Atletico dengan catatan 64 gol dalam 134 penampilan.
Ia akan bergabung dengan tim utama untuk pemusatan latihan pra-musim kami di Eropa pada pekan depan.
Sejak menjadi pilihan utama di Atletico, Costa telah menjadi salah satu striker paling konsisten di Eropa, dengan gol-gol dan penampilannya di sepanjang 2013/14 membawa mantan klubnya tersebut untuk merebut gelar La Liga pertama mereka dalam 18 tahun dan mencapai final Liga Champions.
Kuat dan direct, pemain berusia 25 tahun ini membangun reputasi yang kuat di Spanyol sebagai peneyelesai akhir yang bagus, terutama dalam situasi satu lawan satu, dan mampu mencetak gol dengan kedua kakinya sementara fisiknya juga membuatnya menjadi ancaman lawan di udara. Posisi utamanya adalah striker tengah, dengan kemampuannya untuk berlari di belakang bek lawan untuk membuatnya menjadi sulit untuk dijaga.
Costa mengatakan, "Saya sangat gembira bisa bergabung dengan Chelsea. Semua orang tahu bahwa ini adalah klub besar di liga yang sangat kompetitif, dan saya sangat bersemangat untuk bisa segera memulai segalanya di Inggris dengan pelatih dan rekan-rekan setim yang fantastis. Setelah bermain melawan Chelsea musim lalu, saya tahu saya bergabung dengan sebuah skuat yang berkualitas tinggi."
"Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di Atletico yang membuat saya menjadi seorang pemain seperti sekarang ini, masa-masa di sana adalah masa-masa yang luar biasa bagi saya, tetapi sekarang saya memulai petualangan baru dan saya berharap bisa memenangi banyak trofi bersama Chelsea."
Lahir di Brazil, karier profesional Costa dimulai di klub Portugal, Braga, pada Februari 2006. Ia lalu menjalani masa peminjaman di Penafiel di divisi dua sebelum dijual ke Atletico di musim 2006/07. Ia kemudian langsung dipinjamkan kembali ke Braga hingga akhir musim, di mana ia mencetak gol pertamanya bagi klub tersebut dalam kemenangan atas Parma di Piala UEFA.
Selama dua musim berikutnya, ia menjalani peminjaman di Celta Vigo dan Albacete, yang terbukti menjadi periode yang penting dalam perkembangan sang pemain karena ia mendapatkan pengalaman bermain reguler di tim utama dan mengembangkan kemampuan predatornya di depan gawang.
Pada musim panas 2009, Costa dijual ke Real Valladolid, dan meski ia menikmati start yang fantastis di sana dengan mencetak enam gol dalam 12 pertandingan pertamanya, timnya kesulitan di liga dan pada akhirnya harus terdegradasi.
Menjelang musim 2010/11, klausul buy-back dalam kesepakatan kedua klub diaktifkan oleh Atletico dan membuat Costa kembali ke ibukota Spanyol. Namun adanya Sergio Aguero dan Diego Forlan yang menjadi pilihan di depannya membuatnya sulit untuk masuk ke dalam tim.
Cedera Aguero memberikan Costa kesempatan dan, setelah mencetak satu-satunya gol di pertandingan melawan Real Zaragoza, ia mencetak gol ke gawang Sevilla, Getafe, dan Rosenborg. Ia kemudian mencetak hat-trick pertamanya bagi klub dalam kemenangan 3-2 di Osasuna.
Costa absen di separuh pertama musim 2011/12 karena cedera sebelum menghabiskan babak kedua sebagai peminjaman di Rayo Vallecano, di mana ia menikmati masa-masa yang subur di depan gawang, dengan mencetak 10 gol dalam 16 penampilan.
Musim 2012/13 adalah musim di mana ia menasbihkan dirinya sebagai bagian yang krusial dari tim Atletico asuhan Diego Simeone. Kesempatan yang reguler untuk menjadi starter membuatnya bisa menampilan penampilan yang konsisten dan ia mengakhiri musim dengan catatan 20 gol yang impresif.
Costa menjadi figur kunci dalam kesuksesan Atletico merebut Piala Spanyol, di mana ia mencetak tiga gol dalam dua leg semifinal melawan Sevilla dan juga mencetak gol penyama kedudukan saat mereka harus bangkit untuk mengalahkan Real Madrid 2-1 di final. Ia mengakhiri kompetisi tersebut sebagai top skorer dengan delapan gol.
Pada 2013/14 ia meningkatkan permainannya ke level yang berbeda, di mana gol-golnya menginspirasi Atletico untuk melampaui Real Madrid dan Barcelona untuk memenangkan gelar juara Spanyol.
Dua gonya di hari pembukaan dalam kemenangan 3-1 atas Sevilla seperti menjadi indikasi atas apa yang akan terjadi selanjutnya, dan Costa langsung meneruskannya dengan gol lainnya di pertandingan berikutnya, yaitu dalam kemenangan 5-0 atas Rayo Vallecano.
Empat hari setelah mencetak dua gol dalam kemenangan 2-1 atas Osasuna, ia mencetak satu-satunya gol di pertandingan saat Atletico memberikan pernyataan kuat dengan kemenangan 1-0 atas Real Madrid di Bernabeu.
Pengaruh yang ia berikan tak hanya terbatas di La Liga saja. Ia mencetak empat gol dalam babak grup Liga Champions. Desember menjadi periode yang paling produktif baginya di mana ia mencetak lima gol dalam jangka waktu 10 hari.
Saat Liga Champions dimulai kembali pada Februari, Costa mencetak satu-satunya gol saat Atletico menang 1-0 di kandang AC Milan di babak 16 besar, dan juga mencetak dua gol dalam kemenangan telak 4-1 di leg kedua.
Dengan Atletico kini telah dalam posisi yang bagus untuk menjadi penantang gelar La Liga, ia terus bersinar di kompetisi domestik dengan mencetak gol dalam empat kemenangan secara beruntun di akhir Maret, yaitu ke gawang Espanyol, Real Betis, Granada, dan Athletic Bilbao.
Ia kemudian mencetak gol secara berturut-turut ke gawang Getafe dan Elche, sebelum mencetak gol terakhirnya bagi klubnya tersebut ke gawang Chelsea di leg kedua semifinal Liga Champions.
Atletico memastikan gelar juara Spanyol berkat hasil imbang di hari terakhir melawan Barcelona di Camp Nou, meski secara pribadi, itu adalah siang yang mengecewakan bagi Costa karena ia harus keluar di awal pertandingan karena cedera hamstring yang membatasi partisipasinya di final Liga Champions sesama tim Madrid, dan hanya bermain selama beberapa menit pertama.
Ia mengakhiri kariernya di Atletico dengan catatan 64 gol dalam 134 penampilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar